Oleh : Ustadz Nasrullah, Lc., M.H (Kepala Sekolah SMPIT Pesantren Al-Andalus Putri)
Nabi Muhammad SAW merupakan contoh yang sempurna bagi kaum muslimin dalam menjalani kehidupan, sehingga pada zaman sekarang bagi yang ingin melihat bagaimana sosok seorang muslim dalam menjalani keidupan, maka harus melihat sosok beliau. Kaum muslimin yang ingin menjadi muslim yang memiliki akhlak, budi pekerti yang baik maka harus melihat dan meneladani Nabi Muhammad SAW dengan cara mempelajari hadis-hadis beliau. Adapun terhalangnya kaum muslimin pada zaman sekarang untuk melihat Rasulullah SAW maka dapat belajar dari para ulama dan membaca kitab-kitab hadis, sehingga tidak menjadi alasan akan kehilangan contoh suri tauladan yang terbaik.
Akhlak merupakan suatu sikap yang sering menjadi bahan penilaian seseorang. Baik buruknya seseorang maka akan dilihat dari akhlak dan prilakunya sehari-hari. Banyak orang berpendidikan tinggi akan tetapi belum tentu memiliki akhlak yang baik, begitu pula orang yang berpendidikan rendah belum tentu berakhlak buruk, karena pada hakikatnya akhlak itu dipelajari dan diperaktekkan, sehingga orang yang belajar dan memperaktekkan yang akan memiliki akhlak yang baik.
Akhlak merupakan hal yang penting dalam pengamalan agama, sehingga akhlak merupakan perkara yang akan menentukan dalam timbangan amal seseorang di akhirat. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ (رواه أبو داود)
Artinya: Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan amal selain akhlak yang baik. (HR. Abu Daud)
Muslim yang berakhlak baik maka akan banyak melakukan amal ibadah dan akan disukai banyak orang serta tidak akan dimusuhi orang lain, sehingga orang yang akhlaknya baik akan memiliki timbangan amal baik yang berat di akhirat. Adapun orang yang berakhlak buruk akan melakukan banyak perbuatan yang dibenci orang lain, sehingga dengan sikapnya yang buruk akan bertambah berat amal buruknya. Oleh karena itu kaum muslimin harus menghiasi diri dengan akhlak mulia dikarenakan hal ini merupakan salah satu penentu yang menyebabkan seseorang masuk surga atau masuk neraka. Rasulullah SAW bersabda:
سُئِلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مَا أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ الْجَنَّةَ؟ قَالَ: التَّقْوَى وَحُسْنُ الْخُلُقِ (روه ابن ماحه)
Artinya: Nabi Muhammad SAW pernah di tanya; perkara apa yang banyak menyebabkan masuk surga? Beliau menjawab: Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia. (HR. Ibnu Majah)
Orang yang berakhlak baik akan banyak beramal shalih sehingga akan masuk surga karena memiliki timbangan amal baik yang banyak dan orang yang akhlaknya buruk akan banyak melakukan maksiat dan perbuatan dosa, sehingga timbangan amal buruknya akan semakin banyak dan menyebabkan dirinya masuk neraka. Sudah seharusnya bagi kaum muslimin untuk mementingkan dan memperhatikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, dikarenakan Akhlak menjadi barometer untuk dapat masuk surga dan menjadi tolak ukur dalam penilaian terhadap agama Islam.
Banyak kalangan yang menilai bahwasannya agama Islam merupakan agama yang radikal, agama teroris, agama yang mengajarkan kekerasan, dan anggapan-anggapan buruk teradap agama Islam. Tuduhan-tuduhan yang tidak tepat ini terlontar dari orang-orang non Islam maupun orang-orang Islam yang tidak mengerti ajaran Islam, atau orang-orang Islam yang dibayar untuk melontarkan ungkapan-ungkapan yang buruk terhadap agama Islam.
Orang yang ingin melihat contoh akhlak yang baik maka harus melihat Rasulullah SAW sebagai suri tauladan yang baik bagi umat manusia. Orang yang mempunyai penilaian negatif terhadap agama Islam ketika telah mengetahui dan mempelajari akhlak dan prilaku Rasulullah maka akan menyadari bahwasannya Rasulullah mempunyai akhlak terbaik dan sikap yang mulia. Adapun terhalangnya seseorang untuk dapat mengetahui akhlak beliau, maka dapat mempelajari dari para ulama dan buku-buku.
Mempelajari hadis-hadis Rasulullah SAW akan menjadikan kaum muslimin menjadi muslim yang baik, sehingga akan memberikan gambaran bagaimana akhlak yang baik, dengan demikian akhlak kaum muslimin yang baik akan menangkal anggapan bahwasannya agama Islam merupakan agama teroris, radikal, dan anggapan-anggapan yang buruk terhadap agama Islam.
Berdasarkan hadis-hadis yang terdapat pada kitab-kitab hadis, Rasulullah SAW memberikan gambaran bahwasannya seorang muslim yang baik itu harus mencari keridhaan orang tua
Orang tua merupakan orang yang paling berjasa dalam kehidupan seseorang, sehingga orang tua merupakan orang yang paling berhak untuk mendapatkan perlakuan yang baik dari anak-anaknya. Sikap anak kepada orang tua akan mendatangkan keridhaan ataupun murka dari Allah SWT. Anak yang baik akhlaknya akan mendapatkan keridhaan orang tua dan keridhaan Allah SWT. Adapun anak yang akhlaknya buruk akan mendapatkan kemurkaan orang tua dan kemurkaan Allah SWT. Hal ini sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:
رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ وَسَخِطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ (رواه حاكم)
Artinya: Keridaan Allah pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah pada kemurkaan orang tua. (HR. Hakim)
Seorang muslim yang baik akan mencari keridhaan orang tua dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak disukai orang tua. Ketika orang tua sudah ridha kepada anaknya maka akan mendatangkan keridhaan Allah SWT, sehingga akan memperoleh keberkahan dalam hidup. Seperti kisah Uwais Al-Qorni yang pergi haji bersama ibunya, lalu Uwais dan ibunya berdoa di depan Ka’bah. Ketika Uwais berdoa memintakan ampun untuk ibunya, lalu ibunya bertanya: mengapa kamu tidak meminta ampun untuk dirimu juga? Uwais menjawab: saya hanya berdoa untuk ibu agar Allah mengampuni dosa-dosa ibu, adapun dosa saya cukup dengan keridhan dari ibu yang dapat memasukkan saya ke surga. Akhirnya Allah mengabulkan do’a Uwais dan ibunya.
Adapun kemurkaan orang tua akan mendatangkan kemurkaan Allah kepada orang yang durhaka kepada orang tua. Hal ini seperti yang dialami Juraid sang ahli ibadah dari kalangan bani Israil. Hanya karena juraid yang sedang shalat sunnah tidak memenuhi panggilan ibunya, lalu ibunya medoakan sesuatu yang tidak baik kepada Juraid, sehingga Juraid mengalami apa yang dido’akan kepadanya.
Mencari keridhaan orang tua harus dilakukan oleh seorang anak yang masih kecil maupun yang sudah besar. Hal ini dikarenakan usia anak tidak mempengaruhi hubungan antara anak dan orang tua. Orang yang sudah berumur 6o tahun sekalipun harus mencari keridhaan orang tua selagi orang tua masih hidup, sehingga dengan demikian meskipun sudah berumur 60 tahun harus tetap mencari keridhaan orang tua, agar kelak anak-anaknya juga akan mencari keridhaan dirinya.
Betapa bahagia ketika setiap anak berusaha mencari keridhaan orangtua, sehingga bagi orang tua akan lebih menyayangi anak dengan tidak akan memberikan tugas dan permintaan yang memberatkan ataupun di luar kemampuan anak, karena orang tua juga pernah merasakan menjadi seorang anak bagi orang tua.
Kebahagian orang tua akan semakin lengkap dan sempurna ketika dapat mengantarkan anaknya masuk surga, sehingga dapat bersama-sama dengan seluruh keturunan anak cucu di surga. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ (الطور: 21)
Artinya: Dan orang-orang yang beriman beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di surga). (QS. At-Tur: 21)
Berkumpulnya orang tua dan anak cucu di surga merupakan suatu anugrah dan karena keridhaan orang tua kepada anak-anaknya serta usaha anak-anak untuk mencari keridhaan orang tua.
Seorang muslim yang baik akan mencari keridhaan orang tua dengan melakukan apa yang diperintahkan orang tua dan meninggalkan perbuatan yang tidak dikehendaki orang tua. Muslim yang baik akan menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya dan akan berusaha untuk mengajari anak-anaknya syariat Islam, sehingga dapat masuk surga bersama-sama.
Adapun orang yang berkahlak buruk tidak akan mencari keridhaan orang tua dan tidak memperdulikan kondisi orang tua, sehingga akan mendapatkan kemurkaan Allah SWT karena telah menyebabkan orang tuanya murka terhadapnya. Anak yang berakhlak buruk akan memperlakukan orang tua dengan buruk dan kasar, sehingga tidak akan tercipta suasana yang harmonis di dalam rumah. Orang yang berkahlak buruk hanya akan menampakkan keburukan, baik kepada orang tua maupun kepada orang lain. (*)
MaasyaAllah… Baarakallahu fiikum
Masyaallah ust. Nasrul , semoga ust sekeluarga diberkahi Allah dimana pun berada
MasyaAllah luar biasa pak ustd