Bogor — Salah satu program unggulan Pesantren Islam Internasional Al-Andalus adalah hafalan Alquran (tahfiz). Seiring berjalannya waktu, pesantren melakukan penyegaran dalam sistem tahfiznya. Penyegaran dimaksud adalah melakukan penyesuaian kurikulum tahfiz terkait target dan fokus hafalan.
Sebelumnya, Pesantren Al-Andalus lebih banyak fokus terhadap setoran hafalan dan target setiap santri disamaratakan. Saat ini sistem yang digunakan untuk program tahfiz adalah berbasis “itqan”.
Lalu apa apa yang dimaksud tahfiz berbasis itqan dan bagaimana pelaksanaan teknisnya? Berikut petikan hasil wawancara tim media Al-Andalus dengan Ketua Bidang Pengasuhan Putra, Ustaz Fatik Jundullah dan Ketua Bidang Pengasuhan Putri, Ustaz Tri Sunyoto di Kompleks Pesantren Al-Andalus Putri, Jonggol, Bogor, Kamis (27/10/2022).
Apa yang melatarbelakangi dilakukannya perubahan dalam sistem tahfiz?
Ustaz Fatik : Di tiga tahun pertama sistem tahfiz berjalan, banyak santri yang setoran hafalannya banyak bahkan juga ada yang selesai setoran 30 juz, tetapi belum mutqin hafalannya. Artinya satu juz pun mereka tidak siap untuk dites. Dari situ kita mengubah sistem tahfiz yang berdasar itqan jadi santri itu menghafal plus mutqin hafalannya.
Apa perbedaan mendasar dari konsep yang sebelumnya dengan yang sekarang digunakan?
Ustaz Tri: Perbedaan mendasar yaitu jika sistem sebelumnya para santri bisa terus menambah setoran hafalan dari segi jumlah juz, namun monitoring terkait penguasaan tajwid, makhraj dan kuatnya hafalan (mutqin) masih perlu dilakukan peningkatan.
Adapun sistem sekarang menitikberatkan pada pengawasan tercapainya hafalan santri dengan kualitas yang optimal. Untuk itu, terkhusus santri baru baik kelas 7 maupun i’dad lughowi di tahun pertama mereka akan menjalani tahapan yang namanya pembelajaran tajwid dan tahsin sebelum memasuki fase tahfiz.
Di samping itu, akan ada uji target hafalan bagi setiap santri di setiap juz yang telah dia selesaikan sebelum melanjutkan ke juz berikutnya.
Apakah tetap ada target hafalan, dan berapa banyak targetnya?
Ustaz Tri: Mekanisme penentuan target disesuaikan dengan kemampuan masing-masing santri. Artinya setiap santri akan memiliki jumlah juz yang harus ia capai dalam setiap semester dan tidak dipukul rata dengan santri-santri lain dalam jenjang dan semester yang sama. Setiap tahun akan ada target-target khusus dari masing-masing jenjang yang harus dipenuhi santri sebagai tiket dan syarat naik ke kelas berikutnya dalam wujud uji itqan.
Ustaz Fatik : Secara umum kelas 3 SMP kita harapkan mereka mutqin minimalnya 5 juz. Adapun SMA diharapkan mereka mutqin sebanyak 10 juz. Meskipun banyak santri yang melewati target itqan tersebut.
Bagaimana efektivitas penerapan tahfiz berbasis itqan ini?
Ustaz Tri: Sejauh ini cukup efektif hasilnya, dan hal itu nampak dari kualitas tilawah para santri yang mengalami peningkatan cukup signifikan. Juga para santri mulai nyaman dengan sistem yang berjalan karena mereka memiliki target masing-masing yang sudah disesuaikan sedemikian rupa dengan kemampuannya.
Lebih jelas lagi di santri kelas 8 yang tahun lalu sudah melalui program tahsin, para pengasuh sekarang tampak tidak terlalu disibukkan dengan pembenahan bacaan setelah mereka memasuki program tahfiz.
Ustaz Fatik : Alhamduluillah sejauh ini efektivitasnya relatif bagus. Indikasinya adalah santri-santri itu banyak sekali yang termotivasi untuk mengikuti uji itqan baik itu 2, 5, 8, atau 10 juz atau lebih dari itu.
Bagaimana relevansi tahfiz berbasis itqan ini dengan capaian hafalan para santri, khususnya dalam aspek kemantapan hafalannya? Apakah hasilnya memuaskan atau ada peningkatan dibanding menggunakan konsep hanya setoran hafalan?
Usta Fatik : Sangat memuaskan sekali hasil yang didapatkan. Sekarang dengan mudahnya ketika kita bertanya kepada santri ‘hafalan kamu berapa juz’, ketika santri menjawab 3 juz, nah berarti 3 juz itu siap diuji.
Ustaz Tri: Sudah barang tentu. Minimal para santri tidak akan lanjut ke juz berikutnya sebelum juz sebelumnya dites dengan sangat ketat. Ditambah lagi di ujung semester juga masih diperketat dengan adanya ujian gabungan dari juz-juz yang sudah dicapai selama 1 semester itu. Secara umum dengan sistem yang sekarang sedang berjalan, pesantren dalam hal ini melalui bagian tahfiz sudah setahap lebih baik dalam meningkatkan kualitas santri dari sisi hafalan. Harapannya tahapan–tahapan berikutnya bisa lebih mudah dan lancar untuk mencapai tujuan yang lebih baik lagi.
Berapa persen tingkat ketercapaian hafalan santri dengan menggunakan sistem yang baru ini?
Ustaz Tri: Tahun lalu, ketika kita masih dibayang-bayangi gejolak virus covid, saat kondisi sistem ini juga baru berjalan untuk tahun ke 2, presentase ketercapaian cukup memuaskan di angkan 50-an persen.
Adapun untuk tahun ini tentu belum bisa disimpulkan karena target para santri juga masih berjalan hingga akhir semester ganjil nanti. Namun yang jelas bahwa situasinya sudah jauh lebih mudah dan memungkinkan jika dibandingkan satu atau dua tahun lalu ketika sistem ini baru dicanangkan dan banyak gejolak dari berbagai sisi, sebuah situasi yang sangat wajar dalam proses perubahan. (*)
Comments 1