Masih segar dalam ingatan bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat bencana alam yang melanda sebagian wilayah di Indonesia beberapa waktu lalu. Apakah itu karena gempa bumi, banjir, gunung meletus atau pergeseran tanah (likuifaksi). Bencana alam silih berganti menghantam bumi Indonesia, namun semua itu tidak membuat sebagian masyarakat sadar. Sebaliknya, perilaku destruktif terhadap alam justru kian menjadi-jadi. Hal ini tentu saja tidak boleh dibiarkan secara terus-menerus. Harus ada langkah kongkrit untuk menghentikannya.
Mendakwahkan soal kesadaran alam atau etika lingkungan (environmental ethics) harus terus digemakan, terlebih agama Islam memberikan porsi khusus terkait keberadaan alam sekitar. Allah subhanahu wa ta’ala memposisikan alam dan ciptaan-Nya secara terhormat dan setara manusia. Hal ini antara lain tertuang dalam Al-Qur’an surat al-Jumu’ah ayat 1:
يُسَبِّحُ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِ الۡمَلِكِ الۡقُدُّوۡسِ الۡعَزِيۡزِ الۡحَكِيۡمِ
“Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah. Maharaja, Yang Mahasuci, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana”.
Kemudian dalam surat Fushilat ayat 11:
ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. Keduanya menjawab: Kami datang dengan suka hati”.
Perintah Allah dalam al-Qur’an kepada alam untuk tunduk kepada-Nya sejatinya menunjukkan bahwa alam memiliki kepribadian yang patut dihormati. Selanjutnya, dalam surat al-An’am: 38 menyebutkan bahwa Allah menganggap burung yang terbang dengan kedua sayapnya dan binatang yang ada di bumi merupakan bagian dari umat-Nya juga seperti manusia.
Islam sangat mengecam pelaku kerusakan lingkungan. Hal ini misalnya tampak dalam al-Qashash ayat 77: “Janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Selain mengecam, Islam juga sangat mengapresiasi pelestari alam. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
Dari Anas bin Malik ra (ia berkata): Rasulullah bersabda: Tak seorang pun muslim yang menanam pohon atau menabur benih tanaman, lalu (setelah ia tumbuh) dimakan oleh burung, manusia, atau hewan lainnya, kecuali akan menjadi sedekah baginya (HR. Bukhari).
Dari Anas (ia berkata): Rasulullah saw bersabda: Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah ia mati dan berada dalam kuburnya. (Tujuh itu adalah) orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampunan untuknya sesudah ia mati (HR. Al-Baihaqi). Ahli hadits, Nashiruddin Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib menilai hadits ini hasan li-ghairihi.
Pembiasaan atau diseminasi etika lingkungan salah satunya melalui lembaga pendidikan pesantren. Pesantren juga memiliki peran aktif dalam menanggulangi kerusakan lingkungan sesuai karakteristik daerahnya masing-masing. Sebab, komponen yang berada di dalam pesantren seperti para ustadz, santri, masjid, dan pondok saling berkaitan untuk menjaga lingkungan. Dengan kata lain, pesantren sebagai lembaga pendidikan agama memiliki fungsi ganda. Selain merupakan media penanaman intelektualitas, juga merupakan media penanaman moralitas atau etika, termasuk penyikapan terhadap lingkungan.
Menarik apa yang ada di Pesantren Islam Internasional Al-Andalus soal pembiasaan etika lingkungan. Pesantren Al-Andalus, khususnya pesantren putra yang berlokasi di daerah Sukadamai, Sukamakmur, Bogor mempunyai satu kelebihan berada di daerah yang masih terjaga kelestarian alamnya.
Untuk menjaga kelestarian tersebut, ada satu komunitas santri di Pesantren Al-Andalus yang mempunyai perhatian khusus terhadap alam. Komunitas tersebut beranggotakan kurang lebih 20 orang santri. Mereka berkomitmen menjaga kelestarian alam, setidaknya menjaga keanekaragaman tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan pesantren. Bahkan, mereka mempunyai tujuan untuk menambah jenis pepohonan agar keseimbangan alam tetap terjaga.
Pesantren Al-Andalus secara kelembagaan juga berkomitmen mendukung program-program yang bertujuan menjaga kelangsungan dan kelestarian alam (fiqh al-bi’ah). (yunan)
Informasi seputar PSB T.A 2022-2023
Sekretariat PSB : 0838-1151-5951 & 0812-1149-2680
Humas : 0811-3920-135
Website Pendaftaran : www.pesantren-alandalus.com/admission