Oleh : Ustadz Rijalul Huda, S.Kom.I (Kepala Direktorat Dakwah dan Humas Pesantren Al-Andalus)
Pekan lalu, Pesantren Imam Bukhori sukses mengadakan seminar nasional ketujuh dengan dua tajuk, “Manhaj Ahlus Sunnah Dalam Beramar Makruf Nahi Munkar” dan “Enam Prinsip Dasar Ajaran Ahlu Sunnah”. Sebagai pemateri dihadirkan ulama besar, Fadhilah Syekh DR. Ibrahim bin Ámir Ar-Ruhaily dan Fadilah Syekh Ábdul Malik bin Ahmad Ar-Romadhani. Acara itu diselenggarakan dari tanggal 10 hingga 14 Januari 2023, menghadirkan 350 peserta tamu undangan dari berbagai pimpinan pondok pesantren, para duát dan lembaga pendidikan Islam. Bertempat di Hotel Lor In Syariah, Solo.
Pesantren Al-Andalus mengirim utusan untuk mewakili lembaga agar mendapatkan manfaat dan nasihat dari acara tersebut yang kemudian diteruskan kepada seluruh keluarga besar pesantren. Ada banyak pesan yang disampaikan dan pelajaran berharga. Mengingat tingginya reputasi keilmuan para pembicara, membuat para peserta tetap konsisten mengikuti pemaparan hingga sesi terakhir. Dari setiap segmen acara yang diikuti semakin membangun kebersamaan dan kedekatan visi serta misi para tamu undangan sebagai sesama pejuang dakwah. Bahwa Islam bisa semakin bisa difahami dan diamalkan jika landasannya adalah ilmu.
Ustadz Wahyudin Abdullah, Lc., sebagai utusan Al-Andalus, memaparkan kesannya selama mengikuti seminar nasional ini. “Alhamdulillah merupakan suatu nikmat dari Allah subhanahu wa taála, dapat berkesempatan duduk bermajlis membahas ilmu dengan Ahli Ilmu dari kedua syaikh kami,” ucap beliau.
Di antara pesan penting yang disampaikan oleh para ulama adalah pentingnya selalu menjaga keikhlasan dalam berdakwah dan mendidik umat. Ini prinsip dasar. Ikhlas merupakan pokok agama dan inti menjadi seluruh ajaran Islam. Dalam keikhlasan terdapat tauhid yang karenanya Allah subhanahu wa taála mengutus para Rasul. Dan dengan inilah Nabi Muhammad sholallahu álaihi wa salam menyeru umatnya dengan bersungguh-sungguh, memperjuangkannya, memerintahkannya dan mengajak manusia untuk berpegang padanya. Allah subhanahu wa taála berfirman:
اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنَاۤ اِلَيۡكَ الۡكِتٰبَ بِالۡحَقِّ فَاعۡبُدِ اللّٰهَ مُخۡلِصًا لَّهُ الدِّيۡنَ ؕ )٢(اَلَا لِلّٰهِ الدِّيۡنُ الۡخَالِصُ ؕ وَالَّذِيۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِهٖۤ اَوۡلِيَآءَ ۘ مَا نَعۡبُدُهُمۡ اِلَّا لِيُقَرِّبُوۡنَاۤ اِلَى اللّٰهِ زُلۡفٰى ؕ اِنَّ اللّٰهَ يَحۡكُمُ بَيۡنَهُمۡ فِىۡ مَا هُمۡ فِيۡهِ يَخۡتَلِفُوۡنَ ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهۡدِىۡ مَنۡ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّار
Artinya: Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Qurán kepadamu dengan kebenaran, maka sembahlah Allah dengan ikhlas beragama padanya (2) Dan ingatlah, hanya milik Allah sajalah agama yang murni itu, dan orang-orang yang mengambil selain daripadaNya para wali-wali (pelindung) dengan mengatakan bahwa kami tidak menyembah mereka kecuali untuk mendekat kepada Allah melalui perantara, sesungguhkan Allah yang akan memberi hukum diantara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan, sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah kepada siapa yang pendusta lagi ingkar. Qs Az-Zumar: 2-3.
Kemudian disampaikan pula pentingnya menerapkan amar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan kaidah kaidah yang diajarkan oleh agama ini, agar kita semuanya menjadi orang yang beruntung dan jauh dari murka dan Adzab Allah Ta’ala.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Qs Ali Imran: 104
Dalam sebuah riwayat disebutkan :
الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ، وَالْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ، يكُفُّ عَلَيْهِ ضيعته، ويَحوطُه مِن وَرَائِهِ
“Seorang mukmin cermin bagi mukmin yang lain, dan seorang mukmin saudara bagi mukmin yang lain. Dia mengisi apa yang hilang dari lainnya dan dia membentengi dari belakangnya.” (HR. Abu Dawud no. 4918. Hadits Hasan).
Dan bukan termasuk kesetiaan kepada sesama mukmin lainnya, ketika anda tidak mengingatkan saudara anda yang berbuat kebatilan dengan berbagai alasan. Diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Tolonglah saudaramu yang zalim atau dizalimi.” Bertanya seorang sahabat: “Ya Rasulullah, kami bisa menolongnya ketika ia sedang dizalimi?, tapi bagaimana kami menolongnya ketika ia berbuat zalim?, Beliau berkata: “Engkau halangi dia atau engkau mencegahnya dari berbuat zalim.” (HR. Al-Bukhari no. 444, 6952). Dan dalam riwayat Muslim dari Jabir dengan lafadz: “Jika dia zhalim, lalu engkau melarangnya, maka sesungguhnya engkau telah menolong dia.” (HR. Muslim no. 2584).
Demikian diantara pesan yang disampaikan pada seminar nasional ke tujuh yang diselenggarakan oleh Pesantren Imam Bukhori. Pimpinan Pesantren Al-Andalus berterima kasih atas undangan yang diberikan dan mengapresiasi setinggi-tingginya atas konsistensi panitia dalam mengundang para pimpinan pesantren, duát dan perwakilan lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Semoga Allah subhanahu wa taála menjadikan ini semua sebagai amal shalih dan amal jariyah.(*)