Oleh: Dwi Wahyu Iskandar, M.Pd (Kepala Direktorat Keuangan dan Usaha Pesantren Islam Internasional Al-Andalus)
Karunia dan anugerah Allah Taála kepada hambanya begitu banyak, diantaranya adalah Allah memberikan waktu-waktu tertentu bagi hambanya untuk banyak memperoleh kebaikan dan pahala dari-Nya, seperti pada bulan Ramadhan dan yang semisalnya, akan tetapi kali ini yang akan kita bicarakan adalah tentang keutamaan bulan Dzulhijjah.
Allah telah berfirman pada surah Al-Hajr ayat 1-2;
وَالْفَجْرِۙ ﴿1﴾ وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ ﴿2(
“Demi waktu fajar, demi malam yang sepuluh”
Sebagian ulama berpendapat dan menguatkan bahwa yang dimaksud dengan sumpahnya Allah Ta’ala dalam ayat ini yang diikuti dengan bersumpah “sepuluh hari”, adalah sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah. Diantara para ulama yang berpendapat demikian ialah Ibnu Jarir Ath-Thabari dan Ibnu Katsir rahimahumullah dalam kitab tafsir mereka.
Hal ini dikuatkan oleh sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah bersabda :
ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام” (يعني أيام العشر)، قالوا: يا رسول الله، ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: “ولا الجهاد في سبيل الله، إلاّ رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك بشيء”، رواه البخاري.
Artinya : “Tidaklah ada amal yang lebih utama daripada amal-amal yang dikerjakan pada sepuluh hari Dzulhijjah ini.” Lalu para sahabat bertanya, “Tidak juga Jihad?” Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjawab,”Tidak juga Jihad, kecuali seseorang yang keluar (untuk berjihad) sambil mempertaruhkan diri (jiwa) dan hartanya, lalu kembali tanpa membawa sesuatupun.” (HR. Bukhari).
Kemudian Ibnu Hajar menegaskan tentang keutamaan sepuluh hari dibulan Dzulhijjah dalam kitabnya Fathul Baari: “Sebab yang jelas tentang keistimewaan sepuluh hari di bulan Dzulhijjah adalah karena pada hari tersebut merupakan waktu berkumpulnya ibadah-ibadah utama; yaitu shalat, shaum, shadaqah dan haji. Dan itu tidak ada di hari-hari selainnya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah ditanya tentang 10 hari di bulan Dzulhijjah, beliau menyatakan, “Sepuluh hari Dzulhijjah lebih utama daripada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Dan sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam bulan Dzulhijjah.” (Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah)
Ibnul Qoyyim rahimahullah juga menjelaskan,” Ini menunjukkan bahwa sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan menjadi lebih utama karena adanya laitatul Qadr, dan lailatul Qadr ini merupakan bagian dari waktu-waktu malamnya. sedangkan sepuluh hari Dzulhijjah mejadi lebih utama karena hari-harinya (siangnya), karena didalamnya terdapat yaumun Nahr (hari berkurban), hari ‘Arafah dan hari Tarwiyah (hari ke delapan Dzulhijjah). (Zadul Maa’ad)
Jadi menurut hadist diatas bahwa keistimewaan yang ada pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah adalah beramal shalih padanya lebih utama dibanding beramal shalih pada hari-hari biasa, inilah keistimewaan yang paling utama pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah.
Adapun keistimewaan kedua pada sepuluh hari pertama ialah ; Adanya hari arafah dan ini dikatakan sebagai keutamaan yang lebih khusus, dimana hari arafah ini jatuh pada hari kesembilan dibulan Dzulhijjah. Pada hari itu Jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah sedangkan wukuf merupakan salah satu rukun utama dari ibadah haji.
Oleh sebab itu hari arafah menjadi hari yang memiliki keutamaan yang agung dan keberkahan yang melimpah. Diantara keutamaannya adalah bahwa Allah Taála menggugurkan dosa-dosa (dosa kecil) selama dua tahun bagi mereka yang berpuasa pada hari ‘Arafah. Hal ini berdasarkan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Qotadah bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang puasa pada hari ‘Arafah, maka beliau bersabda, “(Puasa pada hari itu) mengugurkan dosa-dosa setahun yang lalu dan dosa-dosa setahun berikutnya.” (HR.Muslim)
Oleh karena itu disunnahkan untuk berpuasa “Arafah” bagi mereka yang tidak melaksanakan ibadah Haji. Sebagaimana petunjuk Nabi ﷺ diatas.
Di antara keberkahan hari ‘Arafah berikutnya, pada hari itu banyak orang yang dibebaskan oleh Allah Ta’ala dari adzab dan dosa, berdasarkan sebuah hadist dari ‘Aisyah radhiallahu anha, ia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Tidak ada hari yang Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari adzab neraka daripada hari ‘Arafah. Sesungguhnya Dia (pada hari itu) mendekat, kemudian menbangga-banggakan mereka (para jama’ah Haji) dihadapan para Malaikat.” Lalu Dia bertanya,”Apa yang diinginkan oleh para jama’ah Haji itu?” (HR. Muslim).
Dan dari Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Pada hari ‘Arafah sesungguhnya Allah turun ke langit dunia, lalu membangga-banggakan mereka (para jama’ah Haji) di hadapan para Malaikat, maka Allah berfirman,’Perhatikan hamba-hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku dalam keadaan kusut berdebu dan tersengat teriknya matahari, datang dari segala penjuru yang jauh. Aku bersaksi kepada kalian (para Malaikat) bahwa Aku telah mengampuni mereka.’” (HR.Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, al Laalikai, dan Imam al Baghawi, hadits shahih)
Keutamaan atau keistimewaan yang ketiga ialah hari ke sepuluh bulan Dzulhijjah, dimana terdapatnya Iedul Adha atau dapat disebut juga Yaumul Nahr. Keagungannya seperti yang telah diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Qurth radhiallahu anhu, dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bahwa beliau bersabda:
“Hari teragung di sisi Allah adalah hari ‘Iedul Adh-ha (yaumul Nahr) kemudian sehari setelahnya…” (HR. Abu Dawud).
Maka betapa agungnya 10 hari pertama di bukan Dzulhijjah bagi mereka hamba-hamba Allah, pada hari-hari tersebut sudah sepatutnya orang-orang beriman mengerjakan beberapa amalan karena sayang sekali jika ditinggalkan begitu saja hari-hari tersebut, adapun amalan-amalan tersebut adalah :
- Melaksanakan dan memperbanyak Shalat-shalat Sunnah.
Disunnahkan untuk bersegera dalam melaksanakan hal-hal yang wajib dan memperbanyak amalan-amalan sunnah, karena itu adalah sebaik-baik cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Telah diriwayatkan dari Tsauban radhiallahu anhu, ia berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Hendaklah kamu memperbanyak sujud untuk Allah. Karena kamu tidak bersujud kepada Allah sebanyak satu kali sujud kecuali Allah akan mengangkatmu satu derajat dan Allah akan menghapuskan darimu satu kesalahan.” (HR. Muslim)
- Melaksanakan Haji dan ‘Umrah
Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, salah satunya adalah sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:
“Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yg dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah surga.” (HR. Muslim)
- Berpuasa Pada Hari-Hari Tersebut, Terutama Pada Hari ‘Arafah
Diriwayatkan dai Abu Said Al Khudri radhiallahu anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Qatadah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Berpuasa pada hari ‘Arafah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya.” (HR. Muslim)
Dari Hinaidah bin Khalid radhiallahu anhu, dari istrinya dari sebagian istri-istri Rasululllah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dia berkata:
“Adalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berpuasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah, sepuluh Muharram dan tiga hari setiap bulan.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i)
Imam Nawawi berkata tentang puasa sepuluh hari bulan Dzulhijjah: “Sangat di sunnahkan.”
- Takbir, Tahlil dan Tahmid Serta Dzikir
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“…dan agar mereka menyebutkan nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan…” (QS. Al Hajj:28)
Para ahli tafsir menafsiri bahwa yang dimaksud dengan “hari-hari yang telah ditentukan” adalah sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Oleh karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma yang artinya, “maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir, dan tahmid.”(HR. Ahmad)
ما من أيام أعظم عند الله ولا أحب إليه العمل فيهن من هذه الأيام العشر، فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد» (أخرجه أحمد عن ابن عمر).
Imam Bukhari rahimahullah berkata:” Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiallahu anhum keluar ke pasar pada hari-hari sepuluh (sepuluh hari pertama) dalam bulan Dzulhijjah seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikuti takbir keduanya.”
Ibnu ‘Umar bertakbir di Mina pada hari-hari itu, bertakbir juga setelah melakukan shalat, saat berada di atas ranjangnya, di perkemahannya, di majelisnya, dan diwaktu berjalan di jalan-jalan sepanjang hari-hari itu. Disunnahkan pula untuk bertakbir dengan suara yang keras berdasarkan perbuatan Umar, anak lelakinya dan Abu Hurairah.
- Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat dan Dosa, Sehingga Akan Mendapatkan Ampunan dan Rahmat Allah Ta’ala.
Ketaatan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah Ta’ala kepada hamba-Nya sedangkan maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba Allah Ta’ala. Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakal seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Banyak Beramal Shalih
Memperbanyak amalan-amalan shalih berupa ibadah sunnah seperti: shalat, sedekah, jihad, membaca Al Qur’an, amar ma’ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipatgandakan pahalanya.
- Berkurban Pada Hari Raya Qurban dan Hari-Hari Tasyriq
Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam yakni ketika Allah menebus putranya dengan sembelihan yang agung dan juga sunnah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Tentang keutamaan hari raya kurban , telah di jelaskan diatas dalam pasal ketiga (keutamaan yaumul Nahr) keutamaan sepuluh hari bulan Dzulhijjah.
- Melaksanakan Shalat Idul Adha dan Mendengarkan Khutbahnya.
Sebagai seorang muslim hendaknya memahami hikmah disyari’atkannya hari raya Idul Adha ini, dimana hari ini adalah hari kesyukuran dan hari amal kebajikan. Maka tidak sepatutnya dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan, janganlah pula dijadikan kesempatan untuk bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti: nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukkan dan sejenisnya. Dimana hal tersebut akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukannya selama sepuluh hari.
Hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari sepuluh hari pertama dibulan Dzulhijjah ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan; memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya. Pada akhirnya seorang muslim dan Muslimah menjadi terbiasa untuk melakukan kebaikan-kebaikan, kesalehan pada tiap harinya. (*)