Bogor — Ketua Dewan Pembina Perkumpulan Lembaga Dakwah dan Pendidikan Islam Indonesia (PULDAPII) Ustadz Yusuf Utsman Baisa menjadi salah satu pembicara dalam pelatihan badan penelitian, pengembangan dan pengawasan (Balitbangwas) tiga pesantren.
Kegiatan ini diikuti bagian Litbangwas dari tiga lembaga pendidikan yakni Pesantren Islam Internasional Al-Andalus Bogor, Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran dan Pesantren Al-Bina Bekasi.
Ustadz Yusuf mengatakan, posisi Balitbangwas merupakan pembantu stakeholder atau yayasan dalam mengembangkan dan memajukan lembaga pendidikan yang dikelolanya.
“Balitbangwas itu lembaga konsultan yang dipercaya stakeholder pesantren untuk meneliti potensi pesantren, mengembangkannya dan menyelesaikan permasalahan di pesantren tersebut,” kata Ustadz Yusuf saat memaparkan materi tentang Balitbangwas di Kompleks Pesantren Al-Andalus Putra, Sukamakmur, Bogor, Jawa Barat, Senin (30/9/2019).
Baca juga: Al-Andalus Siap Jadi Tuan Rumah Pertemuan Litbangwas Tiga Pesantren
Menurutnya, Balitbangwas bukan eksekutor atau pelaksana dan sifatnya hanya konsultatif yang memberikan konsep kepada stakeholder
“Balitbangwas adalah lembaga ad hoc bekerja sampai pekerjaan selesai. Pekerjaan selesai ya sudah habis,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, fungsi Balitbangwas di sebuah lembaga pendidikan setidaknya ada empat.
Pertama, meneliti potensi yang dimiliki pesantren, mengembangkannya dan mengawasinya untuk menjadi lembaga yang maju dan berkembang
Kedua, mendirikan pesantren cabang hingga mampu berjalan seperti pesantren pusat.
“Kita ingin antara pusat dan cabang itu copy paste tidak boleh berbeda harus sama,” ujar konsultan ahli ini.
Ketiga, membenahi dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi di pesantren pusat dan cabang
“Sebenarnya pekerjaan Balitbangwas ini tidak akan pernah habis. Hari ini kita menganggap kecil persoalan besar besok kita akan menganggap besar persoalan kecil. Kenapa, karena kita belum mampu melihat dengan mata yang benar. Kita tutup-tutupi seoalah-olah tidak persoalan padahal ada,” terang dia.
Keempat, membimbing dan mengarahkan pesantren pusat dan cabang agar mampu mengelola kerja dan kinerja pembelajaran yang berkualitas serta mampu bersaing sehat dengan lembaga-lembaga pendidikan di tingkat nasional dan internasional.
“Sampai kapan kita harus kreatif, ya sampai mati. Karena kita ini harus dinamis pikiran kita kemarin itu sudah kalah, sudah ditutup orang. Pikiran kita hari ini sesuatu yang ditemukan orang hari ini. Apa yang kita ikuti hari ini besok ditinggal orang. Balitbangwas itu tidak pernah habis pekerjaannya, kenapa karena persoalan tidak pernah selesai, sempurna itu tidak pernah ada bisa tercapai,” tutupnya.
Pelatihan bagian Litbangwas ini diselenggarakan selama dua hari, Senin-Selasa (30 September – 1 Oktober 2019). Selain Ustadz Yusuf, ada dua pembicara lain yang mengisi kegiata itu yakni Ustadz Nafi dan Ustadz Geys.
Kepala Litbangwas Pesantren Islam Internasional Al-Andalus Ustadz Dwi Wahyu Iskandar mengutarakan, selain tentang Balitbangwas, acara itu juga menguraikan soal IOT (internet of think ) sebagai sarana pembelajaran paperless.
“Diharapkan dengan penerapan IOT di pondok dapat membantu pondok dalam efesiensi anggaran, pengawasan internal kegiatan pembelajaran, efektivitas pelaksanaan pendidikan baik didalam dan diluar kelas,” ujarnya dalam kesempatan berbeda.
Begitu juga, sambungnya, penerapan IOT sebagai alat komunikasi dari pondok kepada wali santri terhadap target-target pencapaian putra putrinya. Akan dirancang sebuah sistem manajemen yang terkomputerisasi pada tiga pesantren,” beber dia.
“Meski begitu, nantinya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pesantren juga sesuai dengan visi dan misi lembaga masing-masing,” pungkas dia.(*)