Bogor – Pesantren Islam Internasional Al-Andalus berkomitmen untuk membangun kepribadian santri yang unggul, beradab dan istiqomah. Hal itu yang disampaikan Kepala Seksi Kedisiplinan Pesantren Al-Andalus Putra, Ustaz Fatik Jundullah, Lc.
Pesan yang diutarakan Ustaz Fatik terkait pembentukan santri yang beradab salah satunya adalah yang banyak dilupakan orang awam, yaitu budaya ‘nongkrong’.
“Secara umum nongkrong adalah budaya yang kurang baik, karena di dalamnya terdapat banyak hal yang sia-sia dan mengganggu orang lain,” ucapnya yang disampaikan dalam kultum sore di Pesantren Al-Andalus Putra beberapa waktu lalu.
Ustaz Fatik mengutip hadits Rasulullah sholallahu álaihi wa salam terkait adab budaya nongkrong tersebut.
إِيَّاكُم وَالْجُلُوسَ في الطُّرُقاتِ، فقَالُوا: يَا رسَولَ اللَّه، مَا لَنَا مِنْ مَجالِسنَا بُدٌّ، نَتحدَّثُ فِيهَا، فَقَالَ رسولُ اللَّه ﷺ: فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلَّا الْمَجْلِس فَأَعْطُوا الطَّريقَ حَقَّهُ، قالوا: ومَا حَقُّ الطَّرِيقِ يَا رسولَ اللَّه؟ قَالَ: غَضُّ الْبَصَر، وكَفُّ الأَذَى، ورَدُّ السَّلامِ، وَالأَمْرُ بالْمَعْروفِ، والنَّهْيُ عنِ الْمُنْكَرِ (متفقٌ عَلَيهِ).
“Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan”. Mereka bertanya, “Itu kebiasaan kami yang sudah biasa kami lakukan karena itu menjadi majelis tempat kami bercengkrama”. Beliau bersabda, “Jika kalian tidak mau meninggalkan majelis seperti itu maka tunaikanlah hak jalan tersebut”. Mereka bertanya, “Apa hak jalan itu?” Beliau menjawab, “Menundukkan pandangan, menyingkirkan gangguan di jalan, menjawab salam dan amar ma’ruf nahi munkar.” (HR. Bukhari, no. 2465).
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Saíd Al-Khudri, radhiyallahu ánhu, menerangkan adab-adab ketika harus duduk-duduk di pinggir jalan, atau biasa disebut dengan nongkrong. Hal ini berlaku juga saat dilakukan di warung, coffee shop atau gerai dengan konsep open space di pinggir jalan.
Ustaz Fatik mengungkapkan, menurut Dr. Firanda Andirja, hafidzahullah taála bahwa kandungan hadits sebenarnya mengajak agar orang menghindari duduk-duduk di pinggir jalan karena kemadharatan yang ditimbulkan. Mulai memandang yang haram hingga menyebabkan gangguan bagi pengguna jalan lainnya.
“Akan tetapi jika memang harus dilakukan dalam sekali waktu maka wajib memperhatikan poin-poin yang telah diperintahkan oleh Rasulullah sholallahu álaihi wa salam,” pesan dia.
Dalam penyampaiannya, Ustaz Fatik berharap para santri agar bisa menjaga adab dan lebih pandai mencari tempat berkumpul sehingga terhindar dari hakikat anjuran tidak nongkrong, sebagaimana terdapat pada kandungan hadits.
“Seorang penuntut ilmu tentunya akan mempertimbangkan dengan baik dimana ia akan duduk dan menghabiskan waktu serta mendahulukan menghindari madharat,” terangnya. (URH)