Bogor – Pesantren Islam Internasional Al-Andalus menggelar upacara dalam rangka memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-78 tahun, Kamis (17/8/2023). Upacara digelar terpisah, masing-masing di komplek pesantren Al-Andalus putra dan putri. Kegiatan yang berlangsung khidmat ini, diikuti seluruh santri dan asatidzah Al-Andalus.
Ustaz Aminullah Yasin, B.Sh., M.Pd bertindak selaku pembina upacara di pesantren Al-Andalus putra, dan Ustazah Evalia, S. S di Al-Andalus putri.
Upacara peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia itu diawali dengan pengibaran bendera merah putih oleh tim Paskibra Pesantren Al-Andalus. Dilanjutkan dengan pembacaan Undang-Undang Dasar 1945 dan teks proklamasi.
Ustaz Aminullah Yasin dalam amanat upacaranya menyampaikan tentang pentingnya mensyukuri nikmat kemerdekaan yang telah diraih bangsa Indonesia, berkat pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala.
“Melalui nikmat kemerdekaan ini, kita harus terus bisa memperbaiki diri kita menjadi semakin baik, pribadi yang senantiasa terus bersyukur, pribadi yang bertakwa, dan berguna bagi ummat, bangsa dan agama kita,” ujarnya.
Lebih jauh Ustaz Amin menjelaskan, dalam konteks ke-Islam-an, kemerdekaan yang hakiki adalah disaat seorang muslim mampu melepaskan segala belenggu peribadatan kepada selain Allah subhanahu wata’la. Dan hanya fokus beribadah kepada Allah subhanahu wata’la.
“Sementara dalam konteks keduniaan, Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam mengabarkan apa itu kemerdekaan. Beliau bersabda, ‘barangsiapa di antara kalian yang mendapati pagi harinya dalam kondisi aman, sehat dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seolah-olah kenikmatan di dunia dikumpulkan pada dirinya,” ujar Ustaz Amin.
Dalam konteks sosiologis, apa yang disampaikan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam tersebut mengandung tiga pilar. Pertama yaitu rasa aman.
“Ketika suatu bangsa tercipta rasa aman di dalamnya, maka itu adalah pilar kemerdekaan suatu bangsa. Pilar keamanan ini terwujud karena adanya stabilitas politik dan keamanan. Masyarakat nurut kepada pemerintahnya dalam hal yang ma’ruf. Dan menyampaikan masukannya, nasehatnya kepada pemimpin dengan cara-cara yang ma’ruf pula. Di saat itu akan terjadi stabilitas politik,” urainya.
“Kita bersyukur karena bangsa kita dari sejak proklamasi 78 tahun yang lalu hingga detik ini, tidak terjadi pergolakan yang hebat hingga menelan ribuan nyawa. Kita bisa berkaca dengan negara-negara lain, yang sering terjadi penggulingan pemerintahan. Akibatnya adalah masyarakat sipil yang menjadi korban, rasa aman dicabut dari negara itu. Di saat itu rakyatnya tidak merasa merdeka. Maka kita bersyukur kepada Allah, hingga detik ini kemerdekaan itu terus terjaga di negeri tercinta kita ini,” jelasnya.
Pilar kedua adalah kesehatan. Diungkapkan ustaz Amin, sebagai bangsa Indonesia, dituntut untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan kesehatan sesama manusia. Hal ini dapat dimulai dari lingkungan sendiri.
“Karena bagaimana mungkin seorang itu merdeka, saat dia terus sakit-sakitan, sementara badannya lemah untuk beraktifitas,” bebernya.
Ketiga adalah pilar ekonomi. Indahnya kemerdekaan baru bisa dirasakan jika perekonomian suatu bangsa itu sehat,masyarakat saling tolong-menolong. Sebaliknya, bila kepedulian antar sesama memudar, maka artinya berlum terwujud kemerdekaan di negeri itu.
“Kemerdekaan ini harus terus kita jaga. Kontribusi dari kita para santri untuk bangsa Indonesia tidak pernah diragukan. Sebelum kemerdekaan, santri melawan penjajahan. Dan setelah kemerdekaan, kita melawan kemiskinan dan menjaga stabilitas politik dan keamanan. Kaum santri selalu berperan besar, maka itu harus kita jaga,” pungkasnya. (Fathul Khair)