Bogor — Mudir Áam Pesantren Islam Internasional Al-Andalus menyampaikan rasa syukur atas penetapan KH. Ahmad Sanusi, rahimahullah taála, sebagai pahlawan nasional. Ketetapan ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, pada tanggal 7 November 2022, saat menerima perwakilan keluarga di Istana Negara.
“Kami bersyukur KH. Ahmad Sanusi, rahimahullah taála, ditetapkan menjadi pahlawan nasional mengingat jasa beliau untuk negeri ini sangat besar sebagaimana para pahlawan lainnya yang telah gugur membela bangsa dan negara,” ucap KH. Nurdin Apud Sarbini, Lc., M.Pd.
Ketetapan ini memiliki arti tersendiri bagi umat Islam, khususnya, dan seluruh masyarakat dalam menghargai mereka yang telah gugur membela tanah air dengan jiwa dan semangat keislaman yang mereka miliki. Para pahlawan itu sebagiannya adalah para santri dan ulama yang hidup di pesantren, jauh dari urusan dunia, tapi terpanggil untuk membela negeri karena agama mengajarkan mereka tentang keberanian membela kebenaran meski nyawa taruhannya.
“Tidak sedikit umat ini berkorban untuk tanah air tanpa pamrih, hanya ingin hidup merdeka, damai dan lebih bisa melakukan kebaikan, dimana hal demikian akan sulit dilakukan jika masih dalam cengkeram para penjajah,” terang Wakil Ketua Umum Puldapii (Perkumpulan Lembaga Dakwah dan Pendidikan Islam Indonesia) itu.
Dikutip dari berbagai sumber, KH. Ahmad Sanusi, rahimahullah taála, merupakan salah satu ulama asal Jawa Barat yang turut memperjuangkan kemerdekaan tanah air. Terlahir di lingkungan santri, beliau menekuni ilmu agama sampai ke tanah suci, Mekkah Al-Mukarromah. Disana dirinya bertemu dengan para ulama pejuang, seperti KH. Abdul Halim dan KH. Abdul Muluk. Sekembalinya dari tanah suci, KH. Ahmad Sanusi segera membantu ayahnya di pesantren daerah Cantayan, yang diberi nama Pesantren Babakan Sirna.
Peran KH. Ahmad Sanusi dalam kemerdekaan diwujudkan dalam upaya perlawanan yang dilakukan saat upaya meraih kemerdekaan, salah satunya dengan menjadi tentara PETA (Pembela Tanah Air). Kemudian, beliau juga pernah menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidikan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), KNIP (Komite Nasional Indoensia Pusat), Dewan Penasehat Daerah Bogor (Giin Bogor Shu Sangi Kai), Wakil Residen Bogor (Fuku Syucokan), BKR (Badan Keamanan Rakyat) Sukabumi, dan pengurus Jawa Hokokai.
KH. Ahmad Sanusi sebelumnya telah mendapat penghargaan sebagai pahlawan perintis kemerdekaan di era Presiden Soeharto, dan diberi Bintang Mahaputra oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Semoga perjuangannya menjadi amal jariyah beliau, rahimahullah taála, dan juga keluarga besarnya,” ucap Ustaz Nurdin.
Ustaz Nurdin menceritakan bahwa kakeknya, KH. Muhammad Bisyri terkenal dengan sebutan ‘Mama Oyon’ merupakan rekan seperjuangan KH. Ahmad Sanusi dalam berdakwah maupun dalam memperjuangkan kemerdekaan.
“Dulu rumah KH. Mama Oyon adalah tempat yang paling aman untuk persembunyian para pejuang, termasuk KH. Ahmad Dahlan,” ungkapnya.
Putra KH. Mama Oyon yaitu KH. Abdullah Mansur adalah salah seorang penerus KH. Ahmad Dahlan dalam mengelola Pondok Pesantren Syamsul Ulum rintisan KH. Ahmad Dahlan.
“Jadi keluarga kami sangat dekat dan akrab dengan keluarga besar KH. Ahmad Dahlan, bahkan sudah seperti keluarga sendiri.
KH. Ahmad Dahlan memiliki karya ilmiah yang sangat populer, yaitu Raudhotul Irfan, tafsir atau terjemah Alquran dengan bahasa Sunda.
“Bukan karena kami lahir dari satu kampung yang sama saja, tapi karena kami punya visi yang sama dalam berjuang membela tanah air terutama melalui jalur pendidikan agama,” pungkasnya. (URH)