Bogor – Pesantren Islam Internasional Al-Andalus Bogor membekali santrinya pemahaman agama terkait larangan hubungan dekat antara perempuan dan laki-laki yang bukan mahram, maupun perilaku seksual menyimpang lainnya atau Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT).
Kegiatan ini dikemas dalam seminar edukasi yang mengangkat tema “Virus Merah Jambu, Kemana Aku Harus Menuntunmu, Antara Kewajaran dan Kebablasan”. Acara tersebut digelar di Aula Pesantren Al-Andalus Putri, Kecamatan Jonggol, Bogor, Kamis (28/9/2023).
Virus Merah Jambu merupakan istilah lain dari jatuh cinta. Biasanya, virus ini hadir ketika seseorang mulai beranjak remaja. “Pesantren Al-Andalus memberikan pengetahuan serta pemahaman mengenai batas wajar kedekatan,” ujar Kepala Bagian Kegiatan dan Pembinaan Mental Al-Andalus Putri, Ustazah Camelia Safitri.
Baca juga : Ikuti Program Pemerintah, Santriwati Al-Andalus Jalani Pemeriksaan Kesehatan
Al-Andalus menghadirkan Psikolog Anak dan Remaja, Ristriarie Kusumaningrum, M.Psi., Psikolog sebagai narasumber pada kegiatan tersebut. Seminar ini dihadiri seluruh santriwati SMP, I’dad Lughowiy, SMA dan ustazah pengasuhan.
Ustazah Camelia mengungkapkan, pihak pesantren punya tanggungjawab dalam mendidik para santri agar terhindar dari perbuatan menyimpang tersebut. Apalagi saat ini menurutnya, orientasi seksual tidak lagi terbatas pada lawan jenis (heteroseksual), tetapi pada jenis yang sama.
“Sebisa mungkin kami memberikan edukasi untuk menghindari perilaku berlebihan dalam berteman, yang dapat menjadi pemicu munculnya penyimpangan perilaku terhadap sesama jenis,” tambahnya.
Baca juga : Santriwati Al-Andalus Dibekali Pengetahuan Menjaga Kesehatan Reproduksi
Ia berharap, melalui kegiatan ini, santriwati dapat memiliki pemahaman mendalam dan mampu mengelola virus merah jambu tersebut. Terlebih lagi, dalam Islam sudah sangat tegas mengharamkan perbuatan LGBT.
“Selepas kegiatan ini, kita berharap, santriwati mampu menghindari perilaku yang menyebabkan adanya anggapan dari orang lain bahwa dirinya memiliki tanda-tanda ketertarikan kepada sesama jenis. Selain itu, diharapkan juga seluruh santriwati mampu bersama-sama untuk menciptakan lingkungan yang tidak mendukung atau menormalisasikan kedekatan antar teman yang berlebihan,” pungkasnya. (Fathul Khair)