Bogor — GeNose, alat pendeteksi virus corona penyebab Covid-19 yang dikembangkan para peneliti di Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah menjadi perhatian publik. Pesantren Islam Internasional Al-Andalus berencana untuk membeli alat yang sudah memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) itu.
Rencana tersebut muncul, setelah Pesantren Al-Andalus menghadiri seminar pengenalan GeNose yang diselenggarakan Perkumpulan Lembaga Dakwah dan Pendidikan Islam Indonesia (Puldapii).
Acara tersebut digelar pada Selasa (19/1/2021) di Hotel Bumi Wiyata, Depok dan dihadiri sejumlah perwakilan lembaga atau pesantren yang tergabung dalam Puldapii.
Kegiatan yang dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan itu menghadirkan Direktur PT Hikari Solusindo Sukses (PT HKS) Eko Fajar Nurprasetyo. PT HKS merupakan salah satu anggota konsorsium pengadaan GeNose.
Rencana pembelian GeNose diutarakan langsung Mudir ‘Am Pesantren Al-Andalus Ustaz Nurdin Apud Sarbini. Menurutnya, pertama, sesuai informasi yang disampaikan tim peneliti UGM alat itu mempunyai akurasi diatas 90 persen. Kedua, tentunya alat tersebut buatan anak negeri.
“Pesantren akan melengkapi dengan GeNose untuk screening Covid-19 di lingkungan pesantren,” kata Ustaz Nurdin yang juga mengikuti seminar pengenalan GeNose secara daring melalui aplikasi zoom meeting, Selasa (19/1/2021).
Hal ini, lanjutnya, sebagai salah satu upaya agar pembelajaran tatap muka yang dilakukan pesantren bisa berjalan lancar.
“Ini juga sebagai ikhtiar kita berpartisipasi membantu pemerintah dalam melakukan testing dan tracing. Sedangkan treatment atau pengobatan itu domainnya pemerintah,” terang dia.
Sementara Direktur PT HKS Eko Fajar menyebutkan, GeNose sangat cocok untuk pesantren yang melakukan tatap muka sebagai ‘penjagaan perbatasan’ (border protection).
“Orang yang masuk perbatasan kita, dia aman atau tidak. Dia tertular virus covid-19 atau tidak,” kata dia dalam pemaparannya.
Lebih lanjut Eko menjelaskan, GeNose juga bisa berfungsi untuk memeriksa para santri dan seluruh pegawai pesantren secara berkala.
“Jadi nanti misalkan per dua minggu dilakukan pemeriksaan agar komunitas kita tetap steril,” ujarnya.(*)
Alhamdulilah , semoga menambah nyaman bagi santri dan team pengajar .
Syukron Ustad Nurdin