Bogor – Tahfiz camp merupakan program akselerasi pencapaian tahfiz para santri dan santriwati. Dalam jangka waktu lima hari, para pembimbing tahfiz secara intens mendidik hafalan Al-Qurán dari setelah subuh hingga malam hari. Program ini sudah rutin dilakukan sejak berdirinya Pesantren Al-Andalus, dan telah menorehkan sejumlah prestasi penting. Banyak para hafiz-hafiz muda menyelesaikan targetnya pada kegiatan ini.
Tahfiz camp sendiri telah dilaksanakan pada 14-18 November 2022 lalu. Dalam kegiatan itu, Pesantren Al-Andalus memberikan ‘penyegaran’ selain pendalaman hafalan para santri.
“Pada tahfidz camp semester ganjil ini kami mencoba memadukan antara kegiatan tahfiz camp dan sport, agar tidak hanya kognitif saja yang dimaksimalkan tapi juga olah tubuh bagi para santri sehingga mereka bisa lebih semangat dalam menghafal Al-Qurán saat halaqah,” terang Ustaz Fatik Jundullah, Lc., pembina tahfidz Pesantren Al-Andalus Putra, Selasa (29/11/2022).
Ustaz Fatik melanjutkan, panitia tahfiz camp bekerjasama dengan OSIS menggelar liga basket dan futsal yang melibatkan seluruh santri, dan dibagi menjadi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari seluruh kelas dari jenjang SMP dan SMA.
Menurutnya, ini salah satu cara agar para santri terbiasa berkolaborasi lintas angkatan, dan meminimalisir senioritas. Suasana ceria, penuh dengan semangat dan sorak-sorai memadati area olahraga pada sore hari saat gelaran liga dipertandingkan. Juaranya mendapatkan hadiah menarik, tapi yang lebih penting suasana kebersamaan dalam kebahagiaan.
“Kami tidak ingin kegiatan tahfiz camp itu dikesankan menjenuhkan dan melelahkan, tapi jangan juga terlalu semarak sehingga rasa khusyuk saat menghafal Al-Qurán menjadi menipis, karena itu kuncinya ada pada pola bimbingan dari keseluruhan kegiatan yang dirancang,” jelas Ustaz Fatik.
Sementara Kepala Pengasuhan Pesantren Al-Andalus Putri, Ustaz Tri Sunyoto, S.Pd dalam kesempatan berbeda menerangkan bahwa kegiatan serupa juga dilakukan untuk santriwati tapi berbeda pengemasan. Ia mengungkapkan, perbedaan itu dikarenakan karakteristik santri dengan santriwati.
“Semua harus disesuaikan dengan kebutuhan dan fitrah masing-masing. Jika santri lebih ke sport maka santriwati lebih menyukai kegiatan yang mengedepankan kemeriahan dalam nuansa ilmiah.” tuturnya.
“Kami mengadakan sejumlah lomba dengan konsep cerdas cermat, didalamnya ada lomba tes hafalan Al-Qurán, pengetahuan tajwid dan makharij huruf dan pengetahuan lainnya,” tambah Ustaz Tri.
Dalam prinsip pengajaran dan pembinaan, Al-Qurán harus meresap pada jiwa santri dan santriwati. Karena itu para pembina tahfiz di pesantren putra dan putri memiliki persamaan persepsi, bahwa kegiatan menghafal tidak boleh identik dengan kesulitan dan terkesan kuno dalam penyelenggaraan. Inovasi dan kreasi diperlukan untuk menambah nuansa agar semangat generasi muda dalam menghafal bisa dipertahankan, sehingga di masa depan menghafal ini bisa menjadi satu aktifitas yang dirindukan oleh mereka.
“Motto kita memakmurkan Al-Qurán mendamaikan dunia, itu harus bisa kita realisasikan dalam bentuk nyata,” tegas Ustaz Tri. (URH)